Rabu, 03 April 2013

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA


Unsur pembentuk teks merupakan unsur yang membedakan sebuah rangkaian kalimat sebagai sebuah teks atau bukan teks. Unsur pembentuk teks tersebut terdiri atas kohesi dan koherensi. Kohesi adalah hubungan antar bagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa. Sedangkan koherensi adalah hubungan ogis antara bagian karangan atau antara kalimat dalam satu paragraf (Pusat Bahasa, 2008: 712).  Djajasudarma (2010: 44) menyatakan bahwa kohesi merujuk pada perpautan bentuk, sedangkan koherensi pada perpautan makna.Piranti kohesi memiliki beberapa bagian yang dapat disimpulkan dari beberapa pendapat yaitu yang pertama, gramatikal yang terdiri atas referensi eksofora bersifat situasional (acuan berada di luar teks) dan endofora bersifat tekstual (acuan di dalam teks) yang terbagi atas anafora dan katafora, Subtitusi, dan Ellips. Djajasudarma (2010: 48-49) menyatakan bahwa referensi dalam analisis wacana harus dipertimbangkan sebagai sikap atau tingkah laku pembicara atau penulis. Kedua, leksikal yang terdiri atas reiterasi, repetisi (ulangan penuh, ulangan dengan bentuk lain, ulangan dengan penggantian, ulangan dengan hiponim), dan kolokasi. Ketiga, konjungsi yang terdiri atas piranti urutan waktu, piranti pilihan, piranti alahan, piranti parafrase, piranti ketidakserasian, piranti serasian, piranti tambahan (aditif),piranti pertentangan (kontras), piranti perbandingan (komparatif), piranti sebab-akibat, piranti harapan (optatif), piranti ringkasan dan simpulan, piranti misalan atau contohan, piranti keragu-raguan(dubitatif), piranti konsesi, piranti tegasan, dan piranti jelasan.
Piranti koherensi dapat diterima ketika latar belakang pemakai bahasa atas bidang permasalahan, pengetahuan atas latar belakang budaya dan sosial, kemampuan membaca hal-hal tersirat dan lain-lain. Menurut Mulyana (2005: 31) koherensi dapat terjadi secara implisit karena berkaitan dengan bidang makna yang memerlukan interpretasi, pemahaman yang berhubungan dengan koherensi dapat di tempuh dengan cara menyimpulkan hubungan antarproposisi dalam tubuh wacana itu. Djajasudarma (2010: 45) menyimpulkan bahwa ada wacana yang kohesif dan koheren dan ada wacana analogi atau lokal (ruang dan waktu), sebagai akibat inferensi.  Sebuah wacana dapat dikatakan kohesif dan koheren melalui upaya, antara lain: (1)pasangan berdekatan; (2) penafsiran lokal; (3) prinsip analogi; (4) pentingnya konteks. Jika disimpulkan kohesi adalah keserasian hubungan unsur bahasa yang apik (koheren). Keapikan tersebut dapat terpenuhi jika dapat memenuhi kriteria berikut: ketepatan logika pemakaian (sesuai dengan makna gramatikal), membentuk suatu kepaduan dan keutuhan, dan derajat kebebasan proposisi (kalimat memiliki struktur lengkap, tidak bergantung pada proposisi dalam kalimat lain, bukan sebagai klausa terikat, bukan potongan kalimat lain).
Daftar Rujukan
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
Djajasudarma, Fatimah. 2010. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: PT Refika Aditama.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut