BAB II
PEMBAHASAN
1. Perkembangan dan Pertumbuhan
Desmita (2006:4) menyatakan bahwa
perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar,
melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung
secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan
rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan,
pematangan, dan belajar. Sedangkan pertumbuhan menurut Desmita (2006:5),
perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan
struktur.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam
kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan secara bergantian. Kedua proses tersebut saling bergantung
satu sama lain.
2. Pertumbuhan Fisik
Pada mulanya,
tanda-tanda perubahan fisik dari masa remaja terjadi dalam konteks pubertas.
Dalam konteks ini kematangan organ-organ seks dan kemampuan reproduktif
bertumbuh dengan cepat baik lali-laki maupun perempuan. Pertumbuhan cepat bagi
anak perempuan terjadi 2 tahun lebih awal dari anak laki-laki. Ada beberapa
dimensi perubahan fisik yang terjadi selama masa remaja diantaranya.
Tingkat petumbuhan tertinggi
terjadi pada usia sekitar 11atau 12 untuk anak perempuan dan 2 tahun kemudian
untuk anak laki-laki. Tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia
12 tahun sekitar 59 atau 60 inci. Ada pun faktor penyebab laki-laki rata-rata
lebih tinggi dari pada perempuan adalah karena laki-laki memulai percepatan
pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak
perempuan. Anak yang pada masa bayi diberi imunisasi biasanya lebih tinggi
daripada bayi yang tidak diberi imunisasi karena pertumbuhannya terhambat oleh
sakit yang diderita.
Percepatan pertumbuhan badan juga
terjadi dalam penambahan berat badan , yakni 13 kg bagi anak laki-laki dan 10
kg bagi anak perempuan. Meskipun perempuan juga mengalami peningkatan selama
masa remaja, namun ia lebih mudah dipengaruhi. Perubahan berat badan mengikuti
jadwal yang sama dengan perubahan tinggi. Tetapi berat badan tersebar ke
bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak atau tidak
mengandung lemak sama sekali.
b.
Perubahan dalam
proporsi tubuh
Seiring dengan pertambahan tinggi
dan berat badan, percepatan pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi pada
proporsi tubuh. Bagian bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil,
pada masa remaja menjadi terlalu besar. Perubahan proporsi tubuh yang tidak
seimbang ini menyebabkan remaja merasa kaku dan canggung, serta khawatir bahwa
badannya tidak akan pernah serasi. Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai
perbandingan tubuh yang baik.
c.
Perubahan
pubertas
Pubertas ialah
suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat
terutama pada awal masa remaja. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian
dari perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan
perubahan pada ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.
Ciri-ciri
seks primer memungkinkan terjadinyanya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini
meliputi perubahan pada vagina, uterus, tube fallopi, dan ovari. Perubahan ini
ditandai dengan munculnya menstruasi pertama. Pada pria, ciri-ciri ini meliputi
perubahan pada penis, scrotum, testes, prostate gland, dan seminal vesicles.
Perubahan ini menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk
bereproduksi, dan perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama
kali (biasanya melalui wet dream).
Ciri-ciri
seks sekunder meliputi perubahan pada buah dada, pertumbuhan bulu-bulu pada
bagian tertentu tubuh, serta makin dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya
dengan perubahan hormonal. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh
kelenjar endokrin, kemudian dilepaskan melalui aliran darah menuju berbagai
organ tubuh.
Kelenjar
seks wanita (ovaries) dan pria (testis) mengandung sedikit hormon. Hormon ini
berperan penting dalam pematangan seksual. Kelenjar pituitary (yang berada di
dalam otak) merangsang testes dan ovaries untuk memproduksi hormon yang
dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus yang berada di atas batang
otak.
3. Masa-masa Perkembangan Remaja
Orang Barat menyebutkan remaja dengan istilah “puber”, sedangkan orang Amerika
menyebutkan “adoselensi”. Keduanya
merupakan transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa. Sedangkan di negara kita
ada yang menggunakan istilah akil baligh,
pubertas, dan yang paling banyak
menyebutnya remaja. Segi perkembangan biologis, yang dimaksud remaja ialah
mereka yang berusia 12 sampai dengan 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan awal
pubertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja kalau mendapat menstruasi yang
pertama. Sedangkan usia 13 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang pemuda
ketika ia mengalami masa mimpi basah yang pertama, yang tanpa disadarinya
mengeluarkan sperma.
Ditinjau secara teoritis, masa remaja terdiri dari remaja
puber dan remaja adoselen. Remaja puber masih memiliki bagian, yaitu awal
pubertas, pubertas, dan akhir pubertas, sedangkan remaja adoselen terdiri atas
awal adoselen, adoselensi, dan akhir adoselen.
3.1 Masa Pueral
Dalam
psikologi, kata puer artinya anak
besar. Masa pueral merupakan bagian akhir dari masa anak sekolah. Puer adalah
anak yang tidak suka lagi diperlakukan sebagai anak, tetapi ia belum termasuk
golongan orang dewasa. Perkembangan yang terjadi di masa pueral yaitu
perkembangan jasmani dan perkembangan psikis.
3.2
Prapubertas
Sebenarnya
prapubertas masih termasuk dalam masa peralihan. Baik anak perempuan maupun
laki-laki berangsur –angsur melepskan
dirinya dari ikatan orang tuanya untuk memungkinkan mereka dapat bertindak dan
berpikir lebih bebas. Datangya masa ini disertai dengan gejala-gejala seperti
mudah terkena pengaruh buruk dari teman-temanya, kegiatanya cenderung merusak
keadaan, suka mengganggu ketertiban umum, bertindak sesuka hatinya, sering
bertindak tidak sopan, suka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
kebiasaan, suka mencela tetapi ia sendiri belum mampu untuk berbuat lebih baik.
3.3 Pubertas
Masa
pubertas disebut sebagai masa bangkinya kepribadian ketika minatnya lebih
ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri.
3.4 Adolesen
Masa
adolesen berada diantara usia 17 sampai 20 tahun. Atau mengambil batas-batas
permulaanya pada saat-saat remaja mengalami perkembangan jasmani yang sangat
menonjol, sedangkan batas-batas akhir pada saat berakhirnya perkembangna
jasmani.
5.
Variasi
dalam Perubahan Fisik
Seperti pada semua usia, dalam
perubahan fisik juga terdapat perbedaan individual. Perbedaan seks sangat
jelas. Meskipun anak laki-laki memulai perumbuhan fisiknya lebih lambat
daripada anak perempuan, pertumbuhan laki-laki berlangsung lebih lama, sehingga
pada saat matang biasanya laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Karena
otot anak laki-laki tumbuh lebih besar daripada otot anak perempuan. Setelah
masa puber, kekuatan anak laki-laki melebihi kekuatan anak perempuan, dan
perebadaan ini terus meningkat. Perbedaan individual juga dipengaruhi usia
kematangan. Anak yang matangnya terlambat cenderung mempunyai bahu yang lebih
besar daripada anak yang matang lebih awal. Tungkai kaki anak yang matang lebih
awal cenderung pendek gemuk, tungkai kaki anak yang matangnya terlambat cenderung
lebih ramping. Anak perempuan yang matang lebih awal cenderung lebih berat,
lebih tinggi, dan lebih gemuk daripada anak perempuan yang matangnya terlambat.
6.
Efek
Perubahan Fisik
Dengan berkurangnya perubahan
fisik, kecanggungan pada masa puber dan awal
masa remaja pada umumnya akan menghilang, karena remaja yang lebih besar sudah
mempunyai waktu tertentu untuk mengawasi tubuhnya yang bertambah besar. Remaja
juga terdorong untuk menggunakan kekuatan yang baru diperoleh. Karena kekuatan
mengikuti pertumbuhan bentuk otot, anak
laki-laki umumnya menunjukkan peningkatan kekuatan yang terbesar setelah usia
empat belas tahun, sedangkan anak perempuan menunjukkan kemajuan sampai usia
ini dan kemudian ketinggalan, karena perubahan minat lebih daripada kurangnya
kemampuan. Anak perempuan pada umumnya mencapai kekuatan maksumum kira-kira
pada usia tujuh belas tahun, sedangkan anak laki-laki belum mencapai kekuatan
maksimum sebelum berusia 21-22 tahun.
7.
Keprihatinan
akan Perubahan Fisik
Hanya sedikit remaja yang mengalami
kateksis-tubuh atau merasa puas dengan tubuhnya.
Ketidakpuasan lebih banyak dialami di
bagian tubuh tertentu. Kegagalan mengalami kateksis tubuh menjadi salah satu
penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya harga diri selama
remaja. Beberapa keprihatinan akan tubuh yang dihadapi remaja merupakan
lanjutan dari pelbagai keprihatinan diri yang dialami pada masa remaja dan yang
pada awal-awal tahun-tahun remaja didasarkan pada kondisi-kondisi yang masih
berlaku. Misalnya, keprihatinan akan kenormalan akan terus berlangsung sampai
akhir perubahan fisik pada permukaan tubuh dan sampai remaja merasa yakin bahwa
tubuh merekaa sesuai dengan norma kelompok seks mereka. Demikian pula,
keprihatinan akan kepatutan seks, yang sangat menonjol pada masa puber terus
berlangsung sampai pertumbuhan dan perkembangan ciri seks primer dan sekunder
berakhir sehingga remaja mempunyai kesempatan untuk melihat apakah tubuh mereka
sesuai dengan standar budaya kepatutan-seks.
Keprihatinan
timbul karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Para
remaja menyadari lebih dari anak-anak, bahwa mereka yang menarik diperlakukan
lebih baik daripada mereka yang kurang menarik. Mereka juga menyadari bahwa
daya tarik fisik berperan penting dalam pemilihan pimpinan. Akibatnya, mereka
menyadari apabila dirinya tidak semenarik seperti yang diharapkan pada waktu
pertumbuhan belum berakhir, maka mereka akan mereka akan mencari jalan untuk
memperbaiki penampilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar