Kamis, 20 Desember 2012

SINOPSIS NOVEL “LASKAR PELANGI” KARYA ANDRE HIRATA




Novel Laskar Pelangi adalah buah karya yang diciptakan dari kisah nyata penulisnya. Keterbatasan pendidikan karena kemiskinan yang menyebabkan pengorbanan begitu besar untuk mengubahnya demi sebuah impian untuk masa depan yang lebih baik.
Sekolah Muhammadiyah adalah tempat para anak-anak miskin itu bersekolah, sekolah yang gedungnya bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya, jika malam dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo beras hasil sumbangan dari donatur. Keadaan ini sangat jauh berkebalikan dengan sekolah SD PN Timah, sekolah modern yang begitu megah, berfasilitas lengkap dengan dikelilingi pagar besi dan papan yang menggantung bertuliskan “DILARANG MASUK BAGI YANG TIDAK MEMILIKI HAK”

Keadaan SD Muhammadiyah yang sangat memprihatinkan dan sedikitnya murid yang ingin bersekolah di sana membuat  pengawas sekolah Depdikbud Sumsel mengambil keputusan untuk membubarkan sekolah islam tertua di Belitong itu pada tahun ajaran baru. Namun tidak serta merta keputusan itu di terima. Bapak Harfan Efendy Noor dan ibu Muslimah yang hanya mempunyai ijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) adalah sosok guru yang  berjuang keras supaya SD Muhammadiyah tetap diizinkan berdiri. Sekalipun dengan syarat harus ada minimal sepuluh murid yang mendaftarkan diri untuk bersekolah disana.
Pada tahun ajaran baru sebuah keajaiban bagi SD Muhammadiyah untuk tetap bertahan, genap sepuluh murid yang mendaftar di sekolah itu. Berkat Harun, seorang anak yang memiliki keterbelakangan mental, meluluhkan ketegangan para siswa baru karena keinginannya untuk belajar hampir pupus.
Semakin hari murid-murid yang dibimbing Bu Mus dan Pak Harfan, Laskar Pelangi lebih tepatnya sebutan yang diberikan Bu Mus untuk anak-anak kesayangannya itu, mengalami kemajuan. Mereka mampu mengalahkan SD PN Timah, yang selama ini menjadi juara bertahan, dalam perlombaan karnaval yang dipimpin oleh Mahar  dan perlombaan cerdas cermat yang diwakili oleh Ikal, Lintang, dan Sahara.
Kebersamaan mereka pun berlanjut hingga SMP, namun pada akhir triwulan mereka harus kehilangan sosok jenius, Lintang, yang harus berhenti karena kewajiban sebagai anak tertua untuk menghidupi keluarganya setelah ayahnya meninggal.
12 tahun kemudian, sejak kelulusan mereka dari sekolah Muhammadiyah.
Seolah tak pernah lelah berjuang, mereka berusaha hingga akhirnya berhasil meraih cita-cita masing-masing. Meskipun ada yang melenceng dari keinginan, namun mereka tetap berdiri sebagai orang-orang yang sukses dan tak akan melupakan pengalaman yang sangat berharga yang pernah mereka alami. Pada akhirnya di tahun 1991, sekolah Muhammadiyah resmi ditutup. Namun semangat pendidikan islam yang diberikan tak pernah padam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut