Alih tutur merupakan syarat
percakapan yang penting, karena peralihan tutur menimbulkan pergantian peran
dalam percakapan. Dalam KBBI (2008: 40 dan 1511) , alih berarti pindah;
ganti; tukar; ubah, Sedangkan tutur berarti ucapan; kata;
perkataan.jadi dapat disimpulkan bahwa alih tutur adalah perpindahan kata
atau ucapan pada satu orang ke orang lain (komunikasi). Kesimpulan tersebut
sama dengan pengertian komunikasi menurut Darma (2009: 9), yaitu suatu proses
penyampaian pesan, ide, atau gagasan dari satu pihak ke pihak lain agar terjadi
saling mempengaruhi di antara keduanya.
Ada beberapa model alih tutur dalam
percakapan, yaitu pengambilalihan giliran dan pemberian giliran. Dalam
menentukan giliran berbicara, pembicara dapat memilih pembicara berikutnya
dengan menggunakan pasangan ujaran terdekat yang bertujuan sebagai penggerak
atau pemicu ujaran selanjutnya, serta sebagai tanggapan atau tindak lanjut dari
ujaran sebelumnya. Djajasudarma (2010: 61) menyatakan bahwa adaciri khusus
dalam tindak tutur, yaitu verba formatif atau verba yang dapat dihunakan untuk
menunjukkan aksi (tindakan). Djajasudarma (2010: 63-66) juga mengklasifikasikan
tindak ujar menjadi tindak ujar langsung
dan tindak ujar tak langsung.
Cara mengambil alih giliran bicara,
yaitu memperoleh atau mengambil giliran yang diberikan, mengganti atau
melanjutkan pembicaraan sebelumnya karena tidak dapat melanjutkan, mencuri atau
memotong pembicaraan, menciptakan atau membuat pertukaran baru, merebut atau
memotong pembicaraan, melanjutkan karena tidak dimanfaatkan oleh penutur
sebelumnya. Beberapa cara tersebut akan terlaksana dengan adanya komponen dalam
percakapan (komunikasi). Komponen-komponen tersebut antara lain pengirim pesan,
penerima pesan, pesan, umpan balik (Darma, 2009: 9).
Pasangan ujaran terdekat merupakan
salah satu pola alih tutur. Pola tersebut memiliki beberapa fungsi, yaitu
fungsi instrumental--keinginan saya, fungsi regulatori--lakukan seperti yang
kukatakan, fungsi personal--kamu dan aku, fungsi personal--ini aku ada,
Heuristik—katakan padaku, mengapa, imajinatif—mari bermain. Fungsi-fungsi
tersebut terpakai pada pasangan ujaran tanya-jawab, pujian-menerima, menolak,
keluhan-alasan, ajakan-persetujuan, penolakan, perintah-penerimaan, penolakan,
pembalikan, tawar-penerimaan, panggilan-jawaban, permintaan izin-pengabulan,
penolakan.
Daftar
Rujukan
Darma,
Y. A. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
Djajasudarma, Fatimah.
2010. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar